buadanani
PENDAHULUAN
Kemampuan individu dalam berinteraksi terhadap
lingkungan sangat berdampak langung pada diri seseorang tersebut. Salah satu
hal yang terpenting dalam masa usia dini
adalah kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Selain itu, dapat
juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Kematangan sosial anak akan mengarahkan
pada keberhasilan anak yang lebih mandiri dan terampil dalam mengembangkan suatu
interaksi sosialnya dalam berkehidupan. Perkembangan sosial anak sangat
dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua serta semua individu
dewasa maupun bukan yang ada di sekitarnya dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan
sosial, atau norma-norma kehidupan ber masyarakat, mendorong dan memberikan
contoh kepada anak bagaimana menerapakan norma-norma tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Aspek perkembangan sosial pada anak usia
dini diharapkan memiliki kemampuan serta hasil belajar yang dicapai meliputi beberapa
hal; mengenal lingkungan sekitar, mengenal alam, mengenal lingkungan sosial,
peranan masyarakat, dan menghargai keragaman sosial budaya yang ada di sekitar
anak dan mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar,
memiliki kontrol diri yang baik, serta memiliki rasa empati pada orang lain.
PEMBAHASAN
A.
Teori-Teori
dan Implikasinya Terhadap Kompetensi Sosial Anak Usia Dini
Kompetensi
sosial merupakan hal yang sangat menentukan bagaiman hubungan individu dengan
lingkungan sehingga merupakan hal yang penting untuk menjadi perhatian bersama.
Beberapa teori dan implikasi terhadap kompetensi sosial adalah sebagai berikut:
1.
Teori
Ekologi
Salah
satu teori yang dapat diimplementasikan dalam kompetensi sosial adalah teori
ekologi. Teori ekologi perkembangan anak diperkenalkan oleh Uri bronfenbrenner.
Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusa dipengaruhi oleh lingkungan.(
Hairani Debby Riana, 2020). Menurut
Erikson (Desiningrum Dinie Ratri, 2012) pada setiap rentang usia tertentu
muncul konflik sosial yang khas
pada individu yang
disebut sebagai krisis psikososial. Perkembangan individu
berlangsung melalui 8 fase yaitu 0 – 1 tahun (trust vs mistrust) , 1 – 3
tahun (autonomy vs shame,doubt), 3
– 6 tahun (initiative vs guilt), 6 – 12
tahun (industry vs inferiority), 12 –
20 tahun (identity vs identity confusion), 20 – 30 tahun (intimacy vs isolation), 30 – 65 tahun (generativity vs stagnation), 65 dan
seterusnya ( integrity vs despair).
Implikasi
teori Ekologi dalam pendidikan anak usia dini merupakan suatu landasan dalam
membangun suatu kemampuan perkembangan sosial yang baik seperti membangun
kepercayaan, memberikan suatu kebebasan yang memiliki batasan untuk dapat
menstimulasi anak memiliki rasa percaya diri serta pendampingan anak dalam
mengendalikan perasaaan.
2.
Teori
Psikososial
Erikson (Jamaris Martini, 2006) memaparkan perkembangan
sosial anak terbagi menjadi :
a.
Tahap 1 : Basic
trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun pada tahap ini, apabila
anak mendapatkan pengalaman yang menye nangkan akan tumbuh rasa percaya diri
dan apabila mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan akan timbul rasa
curiga.
b.
Tahap 2:
Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), anak usia 2-3 tahun apabila
sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat menimbulkan otonomi,
sebaliknya apabila lingkungan terlalu banyak bertindak untuk anak akan
menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu.
c.
Tahap 3:
Initiative vs Guilt (inisiatif vs bersalah), anak usia 4-5 tahun, anak dapat
menunjukkan mulai lepas dari orang tua anak berinteraksi denagn lingkungannya.
Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa berinisiatif, dan sebaliknya
menimbulkan rasa bersalah.
d.
Tahap 4: percaya
diri vs rasa rendah diri, usia 6 tahun sampai pubertas, anak telah dapat
melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa
dewasa sehingga perlu memiliki keterampilan tertentu. Apabila anak menguasai
keterampilan tertentu dapat menumbuhkan rasa percaya diri, dan apabila tidak
akan menumbuhkan rasa rendah diri.
Teori psikososial mengantarkan pendidik dalam
memahami bagaimna memberikan suatu stimulus pada anak usia dini sesuai dengan
tahapan perkembangan sosial pada anak. Kemampuan dalam menyesuaikan jens
stimulasi akan mengantarkan suatu perkembangan yang lebih baik.
3.
Teori Kecerdasan
Majemuk.
Multiple Kecerdasan atau kecerdasan jamak merupakan
perkembangan mutakhir dalam bidang inteligeni yang menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan jalur-jalur yang digunakan oleh manusia untuk menjadi cerdas
(Jamaris Martini, 2006). Anak perlu mendapat kesempatan untuk mengembangkan
apek kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk sangat berpengaruh dalam kehidupan
bersosial karena kecerdasan majemuk mengantarkan individu dalam interaksi
dengan lingkungan. Gardner (dalam Sujiono, 2013) mengemukakan teori yang
disebut sebagai multiple intelligences
dalam bukunya Framesof Mind. Teori
ini mengatakan, ada banyak cara belajar dan anak-anak dapat menggunakan
intelegensinya yang berbeda untuk mempelajari sebuah keterampilan atau konsep.
Jamaris Martini, (2006) dalam bukunya memaparkan
karakteristik kecerdasan majemuk sebagai berikut:
a.
Verbal
Linguistik
Berkaitan
dengan kata dan kalimat serta bahasa, baik tertulis maupun lisan.
b.
Interperonal.
Berhubungan
dengan antar peribadi.
c.
Intrapersonal
Berkaitan
dengan evaluasi dan refleksi diri.
d.
Bodily
Kinesthetic
Berkaitan
dengan koordinasi gerakan fisik: motorik dan visual motorik yang menggunakan motor cortex untuk melakukan
keseimbangan gerakan tubuh.
e.
Musical- Rythmic
Kecerdasan
yang berkaitan dengan pemahaman terhadap pola-pola ssuara, ritmis, tone.
f.
Visual Spasial
Kecerdaan
visual/spatial menyangkut kecerdasan dalam memvisualisasikan imajinasi ke dalam
kenyataan yang dapat dituangkan dalam bentuk gambar, lukisan, peta, diagram
atau berbagai bentuk lainnya.
g.
Logika
Matematika
Berkaitan
dengan kemampuan berpikir secara induktif dan deduktif, pola-pola abstrak,
angka dan bilangan, serta berpikir ilmiah.
h.
Naturalis
Berkaitan
dengan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan penghargaan terhadap alam
sekitar.
i.
Kecerdasan
Spritual.
Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang berkaitan
dengan kesadaran aspek-aspek spritual seperti kesadaran beragama dan
melaksanakan ajaran agama.
Impelemntasi dalam pendidikan anak usia dini terkait
teori kecerdasaran humanistik dilaksanakan secara menyeluruh dalam suatu
rangkaian proses pembelajaran untuk mengembangkan semua potensi pada diri anak
serta karakteristik dari kecerdasan majemuk ini sanagatlah mempengaruhi
bagaimana anak dalam berperilaku sosial.
4.
Teori
Humanistik
Maslow
(Sudrajat Ahmad, 2018) berasumsi bahwa manusia sejatinya merupakan makhluk yang
baik, sehingga manusia memiliki hak untuk dapat mengaplikasikan dirinya dalam
berkehidupan. Salah satu psikologi humanistik adalah teori kepribadian Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada
pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan agar
manusia mencapai tujuan kehidupan yang memuaskan.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurutnya
bertingkat sebagai berikut : (1)
kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus,
istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti
fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3)
kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem
needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
(5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan
bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata.
Dalam
teori belajar humanistik pada anak usia dini, belajar akan dianggap berhasil jika anak mampu memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Anak akan mengalami perubahan lambat laun
dalam mempresentasikan dirinya sebaik baiknya karena teori ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.
5.
Teori
Behaviorisme
Merujuk
pada Brewer (Sujiono, 2013) Watson, Thorndike, dan Skinner adalah tokoh
behaviorisme yang terkenal. Setiap ahli yang menganut teori ini bahwa perilaku dapat dibentuk dengan
memberikan jawaban dalam bentuk kata-kata ataupun tindakan tertentu. Pendekatan
behaviorisme dalam ilmu sosial sudah dikenal sejak lama,
Teori
behviorisme lebih terkait dengan bagaimna anak-anak berkembang secara sosial,
emosional, dan intelektual. Teori
Behavioristik merupakan teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar
dalam menjelaskan tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan
berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons)
hukum-hukum mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini
adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan,
dan bisa ditentukan.
Menurut teori ini, individu terlibat dalam tingkah laku tertentu karena sudah
mempelajarinya dengan melalui pengalaman-pengalaman terdahulu dan menghubungkan
tingkah laku tersebut dengan hadiah. Individu menghentikan suatu tingkah laku,
mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat
hukuman.
Aplikasi Teori Behavioristik dalam anak usia dini adalah
anak akan berperilaku sesuai stimulasi yang diberikan, anak akan membiasakan
suatu perilaku yang diberikan secara berulang-ulang. Teori behavioristik ini
pada dasarnya telah diterapkan dalam pendidikan anak usia dini melalui
kegiatan-kegiatan pembiasaan.
6. Teori
Maturationis
Teori maturationis percaya bahwa suatu tingkatan
perkembangan anak adalah penentu yang paling utama. Teori maturationis
menekankan tahapan perkembangan dari masing masing anak lebih penting daripada
penghargaan, hukuman, pengalaman, atau interaksi dengan lingkungan tersebut.
Pengalaman, dipandang dari teori maturationis selalu disaring oleh suatu
tingkatan kematangan anak (Brewer dalam Sujiono, 2013).
Teori
maturationis meyakini bahwa perkembangan fisik, sosial, intelektual, emosional,
mengikuti tahapan perkembangan dari setiap anak yang pada dasarnya
berbeda-beda. Mereka percaya bahwa setiap anak akan mengembangkan potensi
mereka apabila mereka ditempatkan pada suatu lingkungan yang optimal dan
perkembangan mereka akan menjadi lambat apabila lingkungan tidak sesuai.
Teori Maturationis
dalam pengaplikasiaanya terhadap pendidikan anak usia dini didasari pada
penyesuaian kemampuan masing-masing anak. Pengelompokkan kelas berdasarkan
tingkat perkembangan dan kemampuan anak akan menjadikan suatu keberhasilan
dalam pembelajaran anak usia dini.
PENUTUP
Pada dasarnya proses perkembangan sosial selalu
berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan
sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar
sosial), baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat.
Teori –teori dan
implementasi terhadap perkembangan sosial anak usia dini merupakan hal yang
yang akan mengantarkan pendidik dalam memberikan stimulasi terhadap
perkembanagn sosial anak. Penerapan setiap teori dari ahli akan memudahkan
pendidik untuk mengatasi setiap problema yang akan dihadapi dalam mendampingi
anak usia dini. Teori-teori yang telah dipaparkan di atas hanyalah sebagian
dari teori yang yang terimplementasi pada perkembangan sosial anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Desiningrum Dinie Ratri. (2012). Buku
Ajar Psikologi Perkembangan 1 Fakultas Psikologi Universitas Dopnegoro.
Semarang: Outline Buku Ajar.
Hairani Debby Riana. (2020). Implementasi Teori Ekologi Bronfenbrenner
Dalam Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Anak. Journal Of Ilamic
Education Fakultas Tarbiyah IAIN Fattahul Muluk Papua, Vol.1, No.1, Juni,
Hal.68-74.
Jamaris Martini. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia
Taman Kanak-kanak. Jakarta: Pt. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Musyarofah. (2017). Pengembangan Aspek Sosial Anak Usia Dini di Taman Kanak-kanak ABA IV
Mangli Jember Tahun 2016. Interdisciplinary Journal of Communication Volume
2, No.1, Juni 2017: h. 99-122
Sudrajat
Ahmad. (2018). Teori-teori Motivasi. Tentang Pendidikan. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/
Sujiono Yuliani Nurani. (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT. Indeks.
https://www.researchgate.net/profile/Amirfan-Asfar/publication/331233871_TEORI_BEHAVIORISME_Theory_of_Behaviorism/links/5c6da922a6fdcc404ec18291/TEORI-BEHAVIORISME-Theory-of-Behaviorism.pdf
No comments:
Post a Comment