Tuesday, March 9, 2021

TEORI-TEORI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KOMPETENSI SOSIAL ANAK USIA DINI

 

buadanani

 

PENDAHULUAN

 

Kemampuan  individu dalam berinteraksi terhadap lingkungan sangat berdampak langung pada diri seseorang tersebut. Salah satu hal yang  terpenting dalam masa usia dini adalah kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Selain itu, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.

Kematangan sosial anak akan mengarahkan pada keberhasilan anak yang lebih mandiri dan terampil dalam mengembangkan suatu interaksi sosialnya dalam berkehidupan. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua serta semua individu dewasa maupun bukan yang ada di sekitarnya  dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan ber masyarakat, mendorong dan memberikan contoh kepada anak bagaimana menerapakan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Aspek perkembangan sosial pada anak usia dini diharapkan memiliki kemampuan serta hasil belajar yang dicapai meliputi beberapa hal; mengenal lingkungan sekitar, mengenal alam, mengenal lingkungan sosial, peranan masyarakat, dan menghargai keragaman sosial budaya yang ada di sekitar anak dan mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, memiliki kontrol diri yang baik, serta memiliki rasa empati pada orang lain.

 

 

 

 

 

 

PEMBAHASAN

 

A.    Teori-Teori dan Implikasinya Terhadap Kompetensi Sosial Anak Usia Dini

Kompetensi sosial merupakan hal yang sangat menentukan bagaiman hubungan individu dengan lingkungan sehingga merupakan hal yang penting untuk menjadi perhatian bersama. Beberapa teori dan implikasi terhadap kompetensi sosial adalah sebagai berikut:

1.    Teori Ekologi

Salah satu teori yang dapat diimplementasikan dalam kompetensi sosial adalah teori ekologi. Teori ekologi perkembangan anak diperkenalkan oleh Uri bronfenbrenner. Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusa dipengaruhi oleh lingkungan.( Hairani Debby Riana, 2020).  Menurut Erikson (Desiningrum Dinie Ratri, 2012) pada setiap rentang usia tertentu muncul konflik sosial  yang  khas  pada  individu  yang  disebut  sebagai  krisis psikososial. Perkembangan individu berlangsung melalui 8 fase yaitu 0 – 1 tahun (trust vs mistrust)  , 1 – 3 tahun (autonomy vs shame,doubt), 3 –   6 tahun (initiative vs guilt),  6 – 12 tahun (industry vs inferiority), 12 – 20 tahun  (identity vs identity confusion), 20 – 30 tahun (intimacy vs isolation), 30 – 65 tahun (generativity vs stagnation), 65 dan seterusnya ( integrity vs despair).

Implikasi teori Ekologi dalam pendidikan anak usia dini merupakan suatu landasan dalam membangun suatu kemampuan perkembangan sosial yang baik seperti membangun kepercayaan, memberikan suatu kebebasan yang memiliki batasan untuk dapat menstimulasi anak memiliki rasa percaya diri serta pendampingan anak dalam mengendalikan perasaaan.

2.    Teori Psikososial

Erikson (Jamaris Martini, 2006) memaparkan perkembangan sosial anak terbagi menjadi :

a.    Tahap 1 : Basic trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun pada tahap ini, apabila anak mendapatkan pengalaman yang menye nangkan akan tumbuh rasa percaya diri dan apabila mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan akan timbul rasa curiga.

b.    Tahap 2: Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), anak usia 2-3 tahun apabila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat menimbulkan otonomi, sebaliknya apabila lingkungan terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu.

c.    Tahap 3: Initiative vs Guilt (inisiatif vs bersalah), anak usia 4-5 tahun, anak dapat menunjukkan mulai lepas dari orang tua anak berinteraksi denagn lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa berinisiatif, dan sebaliknya menimbulkan rasa bersalah.

d.   Tahap 4: percaya diri vs rasa rendah diri, usia 6 tahun sampai pubertas, anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa sehingga perlu memiliki keterampilan tertentu. Apabila anak menguasai keterampilan tertentu dapat menumbuhkan rasa percaya diri, dan apabila tidak akan menumbuhkan rasa rendah diri.

Teori psikososial mengantarkan pendidik dalam memahami bagaimna memberikan suatu stimulus pada anak usia dini sesuai dengan tahapan perkembangan sosial pada anak. Kemampuan dalam menyesuaikan jens stimulasi akan mengantarkan suatu perkembangan yang lebih baik.

3.    Teori  Kecerdasan Majemuk.

Multiple Kecerdasan atau kecerdasan jamak merupakan perkembangan mutakhir dalam bidang inteligeni yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan jalur-jalur yang digunakan oleh manusia untuk menjadi cerdas (Jamaris Martini, 2006). Anak perlu mendapat kesempatan untuk mengembangkan apek kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk sangat berpengaruh dalam kehidupan bersosial karena kecerdasan majemuk mengantarkan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Gardner (dalam Sujiono, 2013) mengemukakan teori yang disebut sebagai multiple intelligences dalam bukunya Framesof Mind. Teori ini mengatakan, ada banyak cara belajar dan anak-anak dapat menggunakan intelegensinya yang berbeda untuk mempelajari sebuah keterampilan atau konsep.

Jamaris Martini, (2006) dalam bukunya memaparkan karakteristik kecerdasan majemuk sebagai berikut:

a.         Verbal Linguistik

Berkaitan dengan kata dan kalimat serta bahasa, baik tertulis maupun lisan.

b.        Interperonal.

Berhubungan dengan antar peribadi.

c.         Intrapersonal

Berkaitan dengan evaluasi dan refleksi diri.

d.        Bodily Kinesthetic

Berkaitan dengan koordinasi gerakan fisik: motorik dan visual motorik yang menggunakan motor cortex untuk melakukan keseimbangan gerakan tubuh.

e.         Musical- Rythmic

Kecerdasan yang berkaitan dengan pemahaman terhadap pola-pola ssuara, ritmis, tone.

f.         Visual Spasial

Kecerdaan visual/spatial menyangkut kecerdasan dalam memvisualisasikan imajinasi ke dalam kenyataan yang dapat dituangkan dalam bentuk gambar, lukisan, peta, diagram atau berbagai bentuk lainnya.

g.        Logika Matematika

Berkaitan dengan kemampuan berpikir secara induktif dan deduktif, pola-pola abstrak, angka dan bilangan, serta berpikir ilmiah.

h.        Naturalis

Berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan penghargaan terhadap alam sekitar.

i.          Kecerdasan Spritual.

Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan kesadaran aspek-aspek spritual seperti kesadaran beragama dan melaksanakan ajaran agama.

Impelemntasi dalam pendidikan anak usia dini terkait teori kecerdasaran humanistik dilaksanakan secara menyeluruh dalam suatu rangkaian proses pembelajaran untuk mengembangkan semua potensi pada diri anak serta karakteristik dari kecerdasan majemuk ini sanagatlah mempengaruhi bagaimana  anak dalam berperilaku sosial.

 

 

 

4.        Teori Humanistik

Maslow (Sudrajat Ahmad, 2018) berasumsi bahwa manusia sejatinya merupakan makhluk yang baik, sehingga manusia memiliki hak untuk dapat mengaplikasikan dirinya dalam berkehidupan. Salah satu psikologi humanistik adalah teori kepribadian  Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan agar manusia mencapai tujuan kehidupan yang memuaskan.

 Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurutnya bertingkat sebagai  berikut : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Dalam teori belajar humanistik pada anak usia dini, belajar  akan dianggap berhasil jika anak mampu  memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.  Anak akan mengalami perubahan lambat laun dalam mempresentasikan dirinya sebaik baiknya karena teori ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

 

5.        Teori Behaviorisme

Merujuk pada Brewer (Sujiono, 2013) Watson, Thorndike, dan Skinner adalah tokoh behaviorisme yang terkenal. Setiap ahli yang menganut teori ini  bahwa perilaku dapat dibentuk dengan memberikan jawaban dalam bentuk kata-kata ataupun tindakan tertentu. Pendekatan behaviorisme dalam ilmu sosial sudah dikenal sejak lama,

Teori behviorisme lebih terkait dengan bagaimna anak-anak berkembang secara sosial, emosional, dan intelektual. Teori Behavioristik merupakan teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif  behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan.

Menurut teori ini, individu  terlibat dalam tingkah laku tertentu karena sudah mempelajarinya dengan melalui pengalaman-pengalaman terdahulu dan menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Individu menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman.

Aplikasi Teori Behavioristik dalam anak usia dini adalah anak akan berperilaku sesuai stimulasi yang diberikan, anak akan membiasakan suatu perilaku yang diberikan secara berulang-ulang. Teori behavioristik ini pada dasarnya telah diterapkan dalam pendidikan anak usia dini melalui kegiatan-kegiatan pembiasaan.  

 

6. Teori Maturationis

Teori maturationis percaya bahwa suatu tingkatan perkembangan anak adalah penentu yang paling utama. Teori maturationis menekankan tahapan perkembangan dari masing masing anak lebih penting daripada penghargaan, hukuman, pengalaman, atau interaksi dengan lingkungan tersebut. Pengalaman, dipandang dari teori maturationis selalu disaring oleh suatu tingkatan kematangan anak (Brewer dalam Sujiono, 2013).

Teori maturationis meyakini bahwa perkembangan fisik, sosial, intelektual, emosional, mengikuti tahapan perkembangan dari setiap anak yang pada dasarnya berbeda-beda. Mereka percaya bahwa setiap anak akan mengembangkan potensi mereka apabila mereka ditempatkan pada suatu lingkungan yang optimal dan perkembangan mereka akan menjadi lambat apabila lingkungan tidak sesuai.

Teori Maturationis dalam pengaplikasiaanya terhadap pendidikan anak usia dini didasari pada penyesuaian kemampuan masing-masing anak. Pengelompokkan kelas berdasarkan tingkat perkembangan dan kemampuan anak akan menjadikan suatu keberhasilan dalam pembelajaran anak usia dini.

 

 

 

 

PENUTUP

 

Pada dasarnya proses perkembangan sosial selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil perkembangan sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial), baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Teori –teori dan implementasi terhadap perkembangan sosial anak usia dini merupakan hal yang yang akan mengantarkan pendidik dalam memberikan stimulasi terhadap perkembanagn sosial anak. Penerapan setiap teori dari ahli akan memudahkan pendidik untuk mengatasi setiap problema yang akan dihadapi dalam mendampingi anak usia dini. Teori-teori yang telah dipaparkan di atas hanyalah sebagian dari teori yang yang terimplementasi pada perkembangan sosial anak usia dini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Desiningrum Dinie Ratri. (2012). Buku Ajar Psikologi Perkembangan 1 Fakultas Psikologi Universitas Dopnegoro. Semarang: Outline Buku Ajar.

 

Hairani Debby Riana. (2020). Implementasi Teori Ekologi Bronfenbrenner Dalam Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Anak. Journal Of Ilamic Education Fakultas Tarbiyah IAIN Fattahul Muluk Papua, Vol.1, No.1, Juni, Hal.68-74.

 

Jamaris Martini. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Pt. Gramedia Widiasarana Indonesia.

 

Musyarofah. (2017). Pengembangan Aspek Sosial Anak Usia Dini di Taman Kanak-kanak ABA IV Mangli Jember Tahun 2016. Interdisciplinary Journal of Communication Volume 2, No.1, Juni 2017: h. 99-122

 

Sudrajat Ahmad. (2018). Teori-teori Motivasi. Tentang Pendidikan. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/

 

Sujiono Yuliani Nurani. (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.

 

 

https://www.researchgate.net/profile/Amirfan-Asfar/publication/331233871_TEORI_BEHAVIORISME_Theory_of_Behaviorism/links/5c6da922a6fdcc404ec18291/TEORI-BEHAVIORISME-Theory-of-Behaviorism.pdf

 

No comments:

Post a Comment